Tpd9BSW5TUzlBSd5GUAlGfr6Td==
Sebelum Jadi Wakil Bupati Bang Ijo Dijuluki Bang Dana, Sekarang Bang Dana Pun Menghilang Ditelan Bumi

Sebelum Jadi Wakil Bupati Bang Ijo Dijuluki Bang Dana, Sekarang Bang Dana Pun Menghilang Ditelan Bumi

Table of contents
×
Sebelum Jadi Wakil Bupati Bang Ijo Dijuluki Bang Dana, Sekarang Bang Dana Pun Menghilang Ditelan Bumi 
 
Purwakarta- Tribuntujuwali.com
Abang Ijo Hapidin, dulu dikenal sebagai "Bang Dana" selama kampanye Pileg dan Pilkada. Tangannya selalu terbuka, membagikan amplop kepada relawan, tim sukses, bahkan wartawan. Rabu ( 2 April 2025) .

Video-video "nyawer" warga beredar luas, dan pendukungnya bangga, mengagungkan kedermawanannya.  Ungkapan seperti "Memberi itu ibadah, masa nggak boleh?" dan "Lebih baik pilih yang baik daripada yang pelit"  menggema di mana-mana.
 
Namun, setelah terpilih, pemandangan berubah drastis. Abang Ijo, kini Wakil Bupati Purwakarta yang dulu murah hati, kini menghindari relawan, warga, dan wartawan.  Ketakutan akan tuntutan finansial menggantikan keramahannya.  Padahal, wartawan belum tentu meminta uang, namun kebiasaan selama kampanye telah menciptakan ketakutan dalam dirinya.
 
Para pendukung yang dulu memuji, kini merasa dikhianati.  Relawan mengeluh, "Dulu perhatian, sekarang cuek."  Nomor WhatsApp diblokir, janji-janji tak ditepati, dan ekspektasi uang bensin berujung kekecewaan.
 
Ironisnya, Abang Ijo sendiri yang menciptakan mentalitas transaksional ini. Dengan membiasakan pemberian uang sebagai imbalan, ia menciptakan budaya politik yang keliru.  Relawan bekerja bukan karena visi, tapi karena uang saku. Masyarakat mendukung bukan karena program, tapi karena "salam tempel."
 
Kini, "Bang Dana" terjebak.  Modal kampanye harus dikembalikan, relawan menagih jatah, masyarakat menagih janji.  Beberapa relawan, yang dulu menjadi motor utama, kini menyindirnya di media sosial, kehilangan kepercayaan dan bahkan menghilang.
 
Cara berpikir yang menghitung segala sesuatu dengan uang telah menghancurkan kepemimpinannya.  Kepemimpinan bukan sekadar memenuhi ekspektasi transaksional, tetapi membangun perubahan.  Begitu aliran dana berhenti, loyalitas pun menguap.
 
Abang Ijo terjebak dalam citra yang ia ciptakan sendiri. Yang dulu murah hati, kini dibilang pelit.  Yang dulu dielu-elukan, kini dijauhi. Bahkan, yang terdekat pun diblokir.

Ini adalah akibat fatal dari politik transaksional: loyalitas sementara dan harapan yang berubah menjadi bumerang. Kisah "Bang Dana" menjadi pelajaran mahal tentang bahaya politik uang dan pentingnya kepemimpinan yang berintegritas.

Penulis : Ketua Organisasi Wartawan AWPI Purwakarta Ramaldi

0Comments