Makam Keramat Raden Borosngora yang terletak di Kampung Langkob, menjadi destinasi wisata religi unggulan di Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi. Di tengah minimnya objek wisata di daerah ini, makam keramat tersebut berpotensi besar menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, untuk berziarah.
Salah satu juru kunci makam, yang juga sesepuh setempat, menyatakan bahwa makam ini merupakan tempat ziarah para leluhur Galuh Sunda-Pajajaran.
Jika dirunut dari silsilah Panjalu hingga keturunan yang ada saat ini, Sanghyang Borosngora diperkirakan hidup pada abad ke-15 atau sezaman dengan Sunan Gunung Jati Cirebon (1448-1568). Namun, meski demikian, peninggalan yang diyakini berasal dari Sayidina Ali R.A., seperti pedang, tongkat, dan pakaian kebesaran, masih tersimpan di Pasucian Bumi Alit.
"Konon, pedang yang diberikan oleh Sayidina Ali pernah diteliti oleh para ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam dan besi yang digunakan untuk membuat pedang itu bukan berasal dari jenis bahan yang biasa digunakan oleh empu dan pandai besi di Nusantara," ujar salah seorang penjaga situs bersejarah di Pasucian Bumi Alit.
Kisah dalam Babad Panjalu menceritakan tentang Prabu Sanghyang Cakradewa, seorang raja bijaksana yang mengangkat putra sulungnya sebagai pewaris takhta, sementara putra keduanya, Sanghyang Borosngora, dipersiapkan sebagai patih dan panglima perang. Sanghyang Borosngora berkelana untuk mencari ilmu kesaktian hingga akhirnya bersemadi dan mendapatkan petunjuk untuk mencari Ilmu Sajati di Mekkah. Di sana, ia bertemu dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib, memeluk Islam, dan diberi tugas untuk menyebarkan agama di tanah kelahirannya. Sepulang dari Mekkah, ia kembali ke kerajaannya dan disambut dengan penuh kebahagiaan.
"Banyak peziarah yang datang ke sini, bukan hanya dari wilayah Sukabumi, tetapi juga dari Jabodetabek bahkan mancanegara," ungkapnya.
Menariknya, tidak ada biaya retribusi untuk berziarah ke makam ini. Wisatawan hanya diminta memberikan infak seikhlasnya, dan semua kalangan dari anak-anak hingga orang tua bebas untuk berkunjung. Makam ini terbuka 24 jam setiap hari, dengan fasilitas menginap yang disediakan bagi peziarah yang ingin bermalam.
Peziarah diwajibkan untuk menjaga adab dan tata krama selama berada di area makam, termasuk berwudhu sebelum memasuki lokasi makam. Juru kunci juga menyebutkan bahwa berbagai mitos seputar makam ini beredar di masyarakat, namun hal tersebut tergantung pada keyakinan masing-masing peziarah mengenai asal-usul Raden Haji Borosngora.
"Dulunya tempat ini adalah hutan yang sepi, namun seiring waktu, area ini direnovasi sedikit demi sedikit tanpa menghilangkan keasliannya. Sekarang, lebih banyak orang yang datang berziarah dan tempat ini dibuka untuk umum," jelasnya.
Makam ini kini menjadi daya tarik utama bagi masyarakat dari berbagai daerah, terutama Makam Keramat Raden Borosngora yang berada di Desa Cibunar, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Untuk menjaga kelestariannya, masyarakat diingatkan agar tidak melupakan sejarah penting dari tempat ini yang dulunya merupakan kawasan bersejarah.
Hal keterangan informasi dirangkum dan diterbitkan langsung oleh Media Tribuntujuwali.com pada Jumat 11/10/2024.
(Billbarokah Wallkaromah Kobul Hajat Untuk Team Media)
(Mulis)
0Comments