Studi Pemikiran Habib Luthfi Bin Yahya 1960 M - 2024 M :Dalil Naqli Nasionalisme Mahabbah Ar-Rasul
Cirebon, Tribuntujuwali.com
Penulis :H. Agus Ma'shum (Tokoh Pengusaha Cirebon Timur)
Diperbantukan
R. Hamzaiya S. Hum pada Selasa 14 Mei 2024.
Nasionalismenya Habib Luthfi ialah cinta tanah air yang berlandaskan kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Demikian sebagaimana ditulis oleh KH. Abdullah Sa‟ad. Hal tersebut, menurut KH. Abdullah Sa‟ad, adalah bukti bahwa Habib Luthfi bin Yahya mempunyai cinta yang kuat terhadap Rasulullah SAW. sehingga, sebagai orang yang cinta akan berusaha sekuat tenaga mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam memakmurkan bumi, yaitu mewujudkan tatanan kehidupan manusia yang penuh kedamaian.
Maka ketika Habib Luthfi menyampaikan ceramah dengan materi tentang cinta Rasulullah, bisa dipastikan Habib Luthfi akan menarik makna kecintaan terhadap Rasulullah itu kepada kecintaan terhadap Ahlul Bait, para sahabat, para ulama dan auliya, dan kecintaan terhadap tanah air. Selain itu, bukti bahwa nasionalismenya Habib Luthfi meniru perilaku Rasulullah SAW. adalah dasar hadits Rasulullah SAW. “Cintailah Arab karena tiga hal: karena saya bangsa Arab, Al Quran berbahasa Arab, dan bahasa penduduk surga adalah bahasa Arab”15. Ketika menjelaskan hadits tersebut, Habib Luthfi mengatakan,”Itu merupakan contoh dari Baginda Nabi SAW, contoh apa? Contoh bahwa beliau mencintai Arab sebagai bangsanya. Maka kalau kita sebagai umat Baginda Nabi yang lahir di Indonesia, tentunya harus mencontoh dan mengikuti Baginda Nabi dengan cara mencintai Indonesia ini”.
Cinta tanah air, menurut Habib Luthfi, merupakan wujud terima kasih atau syukur kepada tanah air tempat lahir dan hidup. Karena, menurut beliau, tidak mungkin seseorang bisa bersyukur kepada Allah tanpa syukur kepada makhluk, maka terima kasih atau syukur kepada tanah air ini merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Adapun syukur dalam Islam itu hukumnya wajib16. Habib Luthfi menambahkan, kemerdekaan Indonesia ini bukan diperoleh secara gratis. Ada nyawa, harta, dan keluarga yang dikorbankan. Seandainya Negara ini belum merdeka, maka semua warga Negara Indonesia sekarang ini tidak bisa beribadah dengan tenang, bekerja dengan tenang, dan belajar dengan tenang. Begitu pula jika kondisi Negara secara politik dan keamanan tidak stabil. Maka harus ada ucapan terima kasih dan syukur terhadap para pejuang dan pendiri bangsa ini, dan syukur bukan hanya dengan ucapan atau lisan, tetapi juga dengan perbuatan. Masih menurut Habib Luthfi, nasionalisme atau cinta tanah air jika dahulu terbukti efektif untuk menyatukan beragam suku, bangsa, etnis, dan agama menuju cita-cita Indonesia merdeka, maka kini penting terus digelorakan untuk menghindari dan mencegah ancaman disintegrasi bangsa. Sebab kalau terus menerus terjadi gejolak, perpecahan, tawuran antar penduduk maka kapan pemerintah akan fokus membangun. Oleh sebab itu, dalam pandangan Habib Luthfi gerakan penyadaran cinta tanah air juga merupakan bagian dari pembangunan bangsa.
Fenomena nasionalisme Habib Luthfi, dalam sudut pandang kajian fenomenologi, menurut penulis bukan nasionalisme murni yang hanya berlandaskan kecintaan terhadap bangsa dan Negara. Akan tetapi, menilai bahwa nasionalisme atau cinta tanah air yang selama ini didengungkan merupakan manifestasi kecintaan beliau kepada Allah SWT. dan Rasulullah Muhammad SAW. seperti yang disampaikan beliau pada panitia Maulid Nabi asal Kebumen yang bertanya tarif dakwah kepada beliau. Dengan nada tinggi dan nada sedikit marah beliau mengatakan: “Saya ini ceramah kesana kemari, Maulid kesana kemari bukan karena uang atau materi dunia. Andaikan saya diberi uang satu kamar penuh saya tidak memandangnya. Bahkan andaikan gunung Slamet menjadi emas 24 karat itu tidak mampu membayar satu ayat yang saya bacakan saat ceramah, apalagi ditambah dengan hadits, shalawat dan doa. Semua saya lakukan karena itu adalah perintah dari Rasulullah SAW.”
sarana utama yang digunakan oleh Habib Luthfi dalam penyebaran gagasan nasionalisme yang berupa peringatan Maulid Nabi dan thariqah semakin menguatkan kesimpulan penulis. Karena dalam peringatan Maulid Nabi yang dibacakan adalah riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dengan harapan agar orang yang hadir mengenal Nabi dan bisa meniru akhlak Nabi. Adapun dalam thariqah, murid thariqah diajarkan untuk selalu ingat Allah SWT. dan berusaha mengenal Allah SWT., dan diantara kewajiban murid thariqah ialah patuh secara total kepada mursyidnya. Dan kecintaan terhadap tanah air yang dimiliki oleh Habib Luthfi dan disebarkan oleh Habib Luthfi, menurut penulis, adalah salah satu contoh murid yang patuh secara total kepada mursyidnya.
sarana utama yang digunakan oleh Habib Luthfi dalam penyebaran gagasan nasionalisme yang berupa peringatan Maulid Nabi dan thariqah semakin menguatkan kesimpulan penulis. Karena dalam peringatan Maulid Nabi yang dibacakan adalah riwayat hidup Nabi Muhammad SAW dengan harapan agar orang yang hadir mengenal Nabi dan bisa meniru akhlak Nabi. Adapun dalam thariqah, murid thariqah diajarkan untuk selalu ingat Allah SWT. dan berusaha mengenal Allah SWT., dan diantara kewajiban murid thariqah ialah patuh secara total kepada mursyidnya. Dan kecintaan terhadap tanah air yang dimiliki oleh Habib Luthfi dan disebarkan oleh Habib Luthfi, menurut penulis, adalah salah satu contoh murid yang patuh secara total kepada mursyidnya.
Hal lain yang mendukung pendapat penulis ialah aplikasi nasionalisme Habib Luthfi yang menurut pandangan penulis sebagai bentuk menjalankan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah atau perbuatan yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW. seperti dalam bidang kemandirian ekonomi dan menjaga persatuan. Habib Luthfi secara tegas ingin meniru apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. pada awal hijrah ke Madinah. “Ketika di Mekkah Rasulullah fokus membangun ideologi. Adapun ketika di Madinah dua hal yang fokus digarap oleh Rasulullah SAW adalah ekonomi dan sumber daya manusia. Karena Rasulullah sadar, tanpa ditopang ekonomi umat yang kuat, maka dakwah Rasulullah tidak bias berjalan secara maksimal. Wujudnya apa? Rasulullah menunjuk beberapa sahabat seperti sahabat Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf untuk “menguasai” pasar madinah. Hasilnya adalah pasar madinah berubah menjadi pasar yang penuh dengan adab Islam dan berhasil membangun jaringan ekonomi yang luas dan kuat. Bahkan perang badar disebabkan kaum kafir yang berusaha memutus jaringan ekonomi umat Islam dengan luar Madinah.” Berdasarkan konsepsi fenomenologi maka dipastikan ada in order to motives yang menjadi basis atas tindakan Habib Luthfi.
Habib Luthfi melakukan suatu tindakan pasti didasari oleh sesuatu yang menjadi tujuan beliau, dan tujuan itu tentunya internal diri sendiri. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa gagasan nasionalisme Habib Luthfi bukan murni nasionalisme yang berlandaskan cinta bangsa dan Negara belaka, tetapi nasionalisme sebagai wujud atau manifestasi kecintaan kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW. dengan harapan memperoleh kecintaan dari Allah SWT. dan Rasulullah SAW atau menurut penulis konsep nasionalisme Habib Luthfi bernama Nasionalisme Mahabbah Ar-Rasul. Di samping itu, kecintaan terhadap Allah SWT. dan Rasul-Nya melahirkan sikap kasih sayang kepada makhluk, termasuk diantaranya adalah kecintaan terhadap tanah air. Kecintaan kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya pula yang menurut penulis bukan hanya sebagai landasan nasionalisme dan pemberi energi tanpa batas Habib Luthfi, akan tetapi juga menjadikan ikhtiar penyebaran gagasan nasionalisme yang dilakukan oleh Habib Luthfi mudah diterima dan masuk ke dalam hati masyarakat.
Laporan informasi dirangkum dan diterbitkan oleh Media Tribuntujuwali.com pada Selasa 14/5/24.
0Comments